Selasa, 08 Maret 2016

ketika dipertanyakan untuk apa gelar master mu wahai wanita?

okey temans,
ini saatnya saya ngoceh. karena kalo engga ngoceh, kelar otak saya. gabisa fokus sama apa yang sedang saya kerjakan.
anggaplah lagi refreshing selama ngoceh di blog ini.

Semarang,
seminggu lalu, saya harus bolak balik Semarang-Solo demi gelar M.Sc saya yang sudah kayak zombie, mengikutiiii terus di otak hati dan pikiran mending kalo cakep ini nyeremiinn..
== Tear ==

yuhuu,, kontras banget lah sama yang mau dibahas.
shuttle Solo-Semarang PP yang lagi aku fall in love in adalah shuttle yang selalu lewat jalur tol.
lebih murah, ontime, dan banyak yang gatau kalo ini shuttle lebih murah daripada yang udah kondang. jadi yaa, sunyi syehpi syendiri selama perjalanan.
dan yap, saya adalah satu satunya penumpang di shuttle ini.
memilih duduk di belakang pak kusir yang sedang bekerja, mengendali kuda supaya baik jalannya... (oke oke oke, kembali ke leptop)
saya duduk di belakang supir, ini karena saya pengen tidur sebenernya, kalo ambil di row tengah dikira gamau sosialisasi sama supir karena jelas di dalam mobil ini hanya kami berdua. tapi kalo disebelahnya saya takut diajak ngobrol senpanjang perjalanan.
MEEENN.. mata saya lemeesss..

tapi tetap saja, Mas supir akhirnya ngajak ngobrol.
obrolan seputar realita memiliki pasangan memang paling muluuuss untuk bikin obrolan selanjutnya jadi lancar kayak jalan tol. dan benar, si Mas Supir mulai menceritakan tentang pengalamannya dibohongi perempuan sampai pada mantan pacar temannya yang pengen jadi pacarnya.

obrolan berlanjut daaaann... topik bergulir pada salah satu realita.
jadi
begini
Jeng jeeenggg....

"Mbak, temen saya punya gelar SH sekarang nganggur. trus pacarnya tidak mau menikah dengan dia dan pengen menikah dengan saya yang cuma supir."

oke
inilah
realita
negara kita
Endonesah

okey, untuk relita dan dinamikan angkatan kerja diatas, saya akan bahas nanti lagi. kumpulin berbagai macam bacaan dan riset dulu baru berkomentar. karena ini hubungannya se Endonesah Meenn...

back to the point..
topik obrolan berlanjut pada bagaimana si Mas Supir melihat wanita dan gelar yang didapat setelah menyelesaikan sekolah.
baginya, wanita tak penting sekolah tinggi karena buat apa sekolah tinggi kalau akhirnya hanya akan di dapur dan mengurus anak. yang lelaki sarjana hukum saja belum tentu bekerja berbekal gelar sarjananya trus wanita kenapa harus juga sekolah tinggi..?

kontras ya, lagi sumpek2nya nyari data Thesis, ini ada tukang supir nyeletuk kayak gitu. langsung CESSSS... kepala ini rasanya..


okay, mari kita telaah satu persatu.
ngomongin kodrat yuk. kodrat itu semacam takdir. takdir mutlak yang digariskan sama Tuhan. nothing can change..
seperti contohnya, warna daun pohon pisang adalah hijau dan warna awan ketika akan hujan adalah abu menuju gelap. ada manusia yang bisa mengubah warna daun pohon pisang?
so what the red line? ini nih, kodrat wanita. kodrat wanita memasak di dapur? jadi lelaki tidak punya kodrat untuk masak di dapur? lalu apa kabar chef chef di dapur hotel berbintang? lalu wanita yang tidak mau memasak adalah wanita yang menyalahi kodrat?
kedua, kodrat wanita tidak boleh bekerja? nantinya akan menimbulkan fitnah? kalo penghasilannya lebih besar dari lelaki lalu menyalahi kodrat lelaki yang seharusnya mencari nafkah?

saya kira kedua kodrat diatas bukanlah kodrat yang sesungguhnya. kenapa?
karena itu cuma pandangan, cara pandang, iya kamu cara pandang (eh..)
bukankah wanita sama seperti lelaki sebagai manusia yang diberikan waktu 24 jam dalam satu hari? jika seorang wanita ingin melakukan hal lain diluar kegiatan memasak dan membereskan rumah yang positif seperti bekerja apakah salah? selama inti dari membentuk sebuah keluarga tidak dilupakan.
selama si wanita masih bisa mengorganisasi waktunya dengan baik lalu? lalu apa masalahnya? masalahnya hanyalah kemampuan setiap manusia berbeda.
ada yang bisa mengorganisasi dengan baik, dan mungkin, ada pula yang kurang atau belum bisa sehingga ada konflik di beberapa hal. seperti menjadi ketika ada seorang istri yang lupa mengagendakan waktu untuk ngobrol dengan anak dan suaminya, lalu apa yang terjadi? hal ini juga bisa terjadi sebaliknya, ketika lelaki bekerja lupa untuk mengagendakan waktu untuk istri dan anaknya? so whats happen? =jawab sendiri dalam hati ajaaa yaaaa.... *kis kis
oke, kita bicara wanita sebagai manusia bukan wanita yang sama atau setara dengan lelaki (i'm not a feminist :-D )
lalu apa masalahnya jika wanita sebagai manusia biasa ini bekerja dan bisa bersedekah untuk keluarganya sendiri? ini nih yang bikin engga riya' ya iyalah engga riya' sedekah buat anak sendiri,, mau dipamerin kemana? tv apa radio atau malah tabloid? siapa yang mau nge report?? siapasih yang ngereport? manusia? trus kalo ternyata sedekahnya ga ada yang tahu, dan dapet pahala siapa yang tukang kasi kasi pahala jor joran? ==jawab sendiri lagi ya.. dibatin cukup kok==

apakah wanita harus selalu memasak dan membereskan rumah, mengasuh anak dan melayani suami?
yes, definitely they have to. if they had.. :-D
tapi ini bukan kodrat, tetapi ini tentang keikhlasan hati.. ikhlas capek untuk melakukan itu semua dalam waktu yang sama dengan yang lain.. 24 jam sehari, 7 hari seminggu, dan seterusnya..
apakah lelaki menyalahi kodrat jika membantu istrinya menyelesaikan pekerjaan rumah dan mengasuh anak? its definitely NO...!! they are a REAL MAN..! because they have RESPECT..
respect on a right place on a right human. ==>> coba kalo salah tempat dan orang.. hasilnya kayak kalo temen temen lihat macem realita infotainment, yang selingkuh lah yang main hujat mantan suami/istri.


tapi satu hal. apakah melahirkan anak menjadi kodrat?
lelaki jelas tidak bisa melakukannya..
see.. kodrat wanita adalah melahirkan anak..

lalu apa hubungannya sama gelar master atau doktornya seorang wanita yang mempunyai kodrat melahirkan anak?
sekolah, jika benar melakukannya,, saya yakin akan banyak soft skill yang bisa didapat oleh seseorang.. tetapi jika dia mau mencarinya.. jadi boleh dong dibilang, semakin tinggi sekolah maka semakin banyak juga soft skill yang didapat..
salah satu soft skill yang bisa didapat adalah mengorganisasi diri sendiri. iya gak? coba deh.. kalo gabisa melakukannya kita cuma akan ikut arus atau malas.. ikut arus yang gajelas sehingga akhirnya tambah gajelas :-D :-D atau malas dimana masih jelas sekolahnya tapi tidak segera jelas arahnya..
bisa dong selanjutnyaaa,, mengorganisasi waktu untuk ngobrol dengan anak sendiri...

syogyanya, ketika seseorang memang bisa memaknai tahapan pendidikan. perbedaan dari ketika TK sampai S3, saya yakin seseorang ini tidak akan mengajarkan sesuatu yang belum saatnya diberikan pada anak. otomatis setelah tau apa yang harus dipilah dan dipilih, akan ada proses berfikir bagaimana evaluasinya dan bagaimana kedepannya dalam mendidik anak.
memikirkan evaluasi dan revisi adalah cara berfikir yang hati hati dan memperhatikan risiko.
jadiii sadar dong ya,, mendidik anak cuma sekali,, gabisa diulang.. emang playlist lagu,, bisa di repeat.. hehehe,,,

idealnya, yang udah punya gelar master atau doktor harusnya rajin membaca dong ya....
saya yakin, baca buku buku atau artikel tentang parenting dong ya pastinya.. waktu senggang pun bisa baca dengan semua kemudahan mau buku atau ebook atau sekedar artikel di internet,,
otomatis mendidik anak ga asal disekolahin di sekolah mahal dan ga bakal asal marah-marah kalo anaknya ga pinter matematika or fisika.. :-D kan rajin baca buku dan artikel parenting katanyaa..

memang bukan hanya tugas wanita untuk mendidik anak, ketika tidak kompak dengan suaminya maka bubar jalan juga mendidik anaknya.

disini, saya tidak trus menjustifikasi yang jadi ibu cuma lulusan SD atau SMA trus tidak bisa mendidik anaknya dengan baik loh ya..
semua kembali pada diri wanita itu sendiri.. dan yang terbaik adalah tetap,, menjadi diri sendiri..
toh tidak sedikit wanita wanita hebat di desa yang tidak pernah belajar baca tulis, anaknya bisa sekolah s3 di luar negeri.

kembali lagi, kemauan dan keseriusan sistaaa.. nek gak serius cuma tanya tanya ga bakal direspon.. (malah jualan..)

mau ibu bekerja atau ibu rumah tangga, mau lulusan SD ataupun doktor sekalipun..
good mom will do the best for her child and believe in one thing also, that let God show the most beautiful way for her child.


jadi, kamu wanita? masih ragu punya gelar S2 dan S3?
ask yourself..