Minggu, 22 Januari 2012

West Sumatra, Indonesia :D

== arrived at minangkabau int. airport ==


first night dinner : lamun ombak resto


first day : way to maninjau lake


kerja dulu :D


at the regional office :D


finally after 5 hours trip, my eyes trapped to this beautiful lake


:D


second day : way to solok.


and the vacation begin!! suntiang on wulan!! with uun, and nurmalia.


NGARAI SIANOK!!! praise the Lord!!


:D

A family vacation

Hari raya identik dengan hari libur, sementara kegiatan liburan sebagian besar dilakukan pada hari libur. Pada hari raya idul fitri, setiap tempat rekreasi ramai dikunjungi oleh orang-orang yang sedang berlibur.

==>> konklusi nya : kegiatan liburan dalam rangka hari raya idul fitri membuat ramai sebagian besar tempat rekreasi.

pada idul fitri 2011, saya dan keluarga memilih Magelang sebagai destinasi liburan idul fitri, selain karena acara halal bihalal keluarga mama saya dilaksananakan disana, sementara itu papa saya telah merancang liburan tersendiri selama di kota  kecil ini.
sebuah cottage tepi sungai progo yang menjadi pilihan papa.
== PURI ASRI COTTAGE ==

tak selamanya keramaian itu menyebalkan. setidaknya di cottage ini, baik keluarga muslim maupun non-muslim tumpah ruah membanjiri kamar-kamar di cottage ini. bagi keluarga muslim mungkin memiliki alasan yang sama dengan keluarga saya, tetapi untuk keluarga non-muslim alasannya tak jauh dari menikmati liburan yang sebenarnya karena notabene pembantu mereka sedang pulang kampung. :D

menyelami keramaian dengan keluarga inti saya dan keluarga besar mama saya merupakan hal yang lazim dilakukan di tempat ini,
tetapi otak nakal ini berputar 180 derajat. ;)

lokasi dari cottage ini bikin ketar-ketir kalau sedang berada di dalam mobil operasional untuk transportasi tamu. ya, karena saking luasnya, tamu yang menginap harus naik mobil antar jemput untuk sekadar makan malam di resto.
kenapa ketar-ketir? karena keseluruhan jalan aspal penghubung kamar dan fasilitas lain merupakan jalan aspal yang curam hampir 45 derajat dihiasi dengan kelokan dengan nilai derajat yang hampir  sama. *berasa naik jet coaster :D

pada saat berada disana saya tidak sempat menanyakan sebelum dibangun cottage ini, apa jenis penggunaan lahannya. tetapi di beberapa lokasi, ada tempat yang lebih tinggi dan pada akhirnya ada yang sejajar dengan sungai. apabila melihat ke atas dari titik paling bawah tempat ini seperti tangga, terdapat trap-trap pada setiap level posisinya. sebagai geograf, indikasi asal-asalan saya mengira-ira tempat ini dulunya sawah dengan sistem terasering atau daerah tanggul sungai. daerah tanggul sungai merupakan daerah pinggir sungai yang membentuk seperti tangga.

anyway, saya tidak sedang ingin membahas masalah sawah atau tanggul sungai. di suatu pagi yang cerah saya berada di resto untuk sarapan, saya dan kakak saya memilih di meja untuk dua orang
yang berada tepat disebelah kaca super besar dimana dari kaca tersebut kita dapat melihat pemandangan sungai yang
sangat hijau, bukan karena saking kotornya air sungai ini tetapi pepohonan yang tumbuh subur di sekitar sungai ini.



== What a wonderfull place ==
== Bon Apetite ==
:D

Rabu, 04 Januari 2012

bersyukur, berdoa, dan berusaha

berada di lingkungan yang ber"level" menengah ke atas sejak menghirup udara untuk pertama kalinya di bumi sampai meniup lilin berbentuk angka 22 membuat otak nakal saya menerawang jauh ke lingkungan berlevel lain.
sebagai geograf yang expert ilmu pengelompokan, saya membagi tipe level lingkungan menjadi empat kelompok.
1. level bawah
2. level menengah kebawah
3. level menengah keatas
4. level hedonis

okey, pertama, level bawah.
saya tidak terlalu susah ternyata untuk bisa berandai-andai atau berpola pikir seperti orang-orang pada level ini.
saat itu saya sedang menjalani praktek uji sim A. karena dalam kelompok ujian ini saya satu-satu nya wanita yang ada, oleh pak polisi penguji yang notabene juga bukan wanita, meskipun saya peserta yang datang di urutan antrean nomor 3 tetapi saya dipanggil untuk urutan kedua praktek uji mengemudi. sehingga saya mempunyai banyak waktu untuk menunggu hasil ujian yang jelas sudah dapat sitebak kegagalannya. panas, karena saat itu ujian dilakukan pada tepat pukul 12.00 di tengah lapangan. otomatis pohon rindang di tepi selokan menjadi tempat favorit semua peserta untuk menunggu. dan karena saya satu-satunya perempuan, saya merasa kurang nyaman membaur dengan para bapak-bapak yang lain.
jadilah saya duduk agak jauh dari mereka. tak berapa lama, seorang bapak entah darimana asalnya duduk disebelah saya. dia mulai menceritakan pengamatannya terhadap semua peserta yang melakukan ujian saat itu, termasuk saya. ajaib, bahkan saya tidak tahu kapan bapak ini datang dan memperhatikan saya. bodohnya saya, saya menenyakan apa pekerjaannya, dan seperti disambar petir, dia seorang peminta-minta. dia bercerita setiap harinya hanya berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain tanpa tahu apa nama daerahnya. tak punya tempat tinggal. tak ada perencanaan, apa yang didapat hari ini hanya untuk hidup hari ini. tak ada keluarga, aspal, kaus, celana
pendek dan topi itulah keluarganya. pengeluarannya tak banyak, hanya 4000 rupiah per hari, karena itu yang di dapat dan itu sudah bisa membuatnya mengucap syukur meakipun hanya dengan sendawa. hanya keluarganya, makan, dan berpindah yang ia tahu, karena itulah sandang, pangan, dan papan.nya.

kedua, menengah kebawah.
mungkin untuk dua level yang berdekatan dengan lingkungan level saya, sangat mudah menemukannya karena tidak ada jarak yang berarti. okey, karena tidak terlalu sulit bertemu orang pada level ini maka tidak terlalu rumit juga berandai-andainya. standar, satu kata yang saya rasa cocok untuk level ini. dibandingkan dengan level sebelumnya, orang pada level ini lebih bisa berencana. tipe pemenuhan kebutuhan yang sesuai yang mereka tahu dan sepanjang
bisa mereka jangkau. miris ketika kejadian ini lewat tanpa permisi ke otak saya. pada suatu hari, penat, bosan, dan lapar sedang bersekongkol untuk berduel dengan fisik saya. pusat perbelanjaan yang berada tak jauh dari kampus merupakan sistem pertahanan yang sebenarnya sudah dapat dikenali oleh ketiga musuh diatas. saya memutuskan untuk membunuh suara keroncongan dari perut saya dengan menuju ke salah satu restoran fastfood yang sangat dicintai oleh para mahasiswa perantau saat jam 15.00-17.00. karena ramai, saya harus dapat meja bersebelahan dengan meja yang berpenghuni penuh. ada dua meja dan empat kursi, hanya ada sepiring nasi ayam dan minuman untuk anak perempuan berambut keriting dan pipi yang lembab. perempuan diseberangnya yang jauh lebih tua dengan dandanan santai dan disebelah anak kecil itu seorang lelaki dengan baju yang sama santainya.
satu, dua, sampai sepuluh detik keadaaan di meja itu sangat hening,
tetapi anak lucu itu tetap makan dengan lahapnya. lalu ibunya mulai
mengeluarkan suara berisik di telinga saya.
omelannya, bahwa makan di tempat ini sangat mahal dan sangat tidak terjangkau. belum lagi untuk ukuran anaknya yang tidak berprastasi di sekolah. tempat itu bukan tempat murah, untuk pergi dan menikmati waktu di tempat itu harus dengan perjuangan yang berarti, dan defisit
besar jika harus menuruti air mata anaknya yang merengek minta
merasakan makanan di tempat ini. seakan merasakan makanan terenak yang pernah di dapatnya, anak ini sampai tak menggubris apa yang diocehkan ibunya. dan saya sampai tak selera untuk menghabiskan setangkup roti lonjong penuh isi. dengan segera memanggil cleaning service yang kebetulan lewat disebelah saya dan berkata "mas, saya minta tolong, ini dibungkus yah, makasih"
saya masih ingat ketika mama saya menjanjikan makanan serupa apabila saya bisa memperbaiki nilai matematika yang sedang merah saat itu. padahal pada saat itu untuk bisa menuju ke tempat itu sangat membutuhkan perjuangan untuk menembus terik matahari dan beratnya setang motor mengendarai motor dengan bobot anak perempuannya. tetapi saya ingat betul, mama tidak pernah mengungkit-ungkit masalah harga tinggi untuk mendapatkannya. meskipun, hanya ALLOH yang tahu apakah sebenarnya mama merasakan defisit besar atau tidak saat itu.

saya tidak akan menceritakan lingkungan yang saya miliki.
karena saking bosannya. alasan inilah yang mendasari keinginan kuat
untuk menulis tentang pelevelan ini.

level hedonis. mereka memiliki segala sesuatu yang bisa debeli dengan uang. tetapi itulah harga yang harus dibayar karena mereka berfikir keras untuk selalu menjaga kelestarian dan keberlangsungan harta mereka.

belajar memahami, mengerti, dan mencoba memposisikan diri seperti
orang lain merupakan salah satu cara ampuh mensyukuri hidup ini. bukankah menjadi orang yang selalu seperti ini juga sekaligus belajar
untuk mengikis keegoisan diri yang ingin selalu diapresiasi, dimengerti, dan dipahami sementara tak mau tahu atau masa bodoh dengan yang lain.

dengan melihat kebawah kita bisa bersyukur dan dengan melihat keatas kita bisa mendapatkan pemacu hidup untuk terus berusaha dan berdoa.