Sabtu, 16 April 2011

apa yang salah dengan film ini?

sebernarnya malam itu saya tidak terlalu antusias untuk berangkat ke bioskop, tetapi rasa penasaran saya yang menggebu-gebu bisa menggerakkan kaki dan tangan ini untuk tetap berangkat ke bioskop.

pukul 19.55, Studio 21 Ambarukmo Plaza Yogyakarta.
adegan pertama film ini dimulai dengan pernyataan bahwa kisah yang nantinya akan dicerirtakan merupakan kisah nyata dengan background video yang memperlihatkan sebuah patung apik di depan gereja, sayangnya ada gagak hitam bertengger disana.
selanjutnya adegan adegan memperkenalkan siapa saja pemeran yang ada film ini. berbagai rangkaian adegan sangat terasa seperti nyata, seperti memang terjadi di kotanya sana di Semarang. logat jawa, umpatan berbahasa jawa, dan logat keturunan cina yang mengundang gelak tawa. suasana perkampungan, suasana masjid, gereja, dan restoran cina semua seperti nyata.
tidak mungkin saya menceritakan semua adegan dalam film ini satu persatu. tetapi berbagai klimaks yang menyebabkan airmata saya meleleh tanpa permisi ingin saya ceritakan disini.

Tan Kat Sun (Hengky Sulaeman), keturunan cina tionghoa yang sudah tua, anaknya Ping Hen (Rio Dewanto) pun meneruskan usaha ayahnya, Restoran Kanton. Ping Hen yang masih muda dan emosional melanggar peraturan yang selama ini telah ditetapkan ayahnya. yakni selama lebaran, restoran tutup sampai lima hari kedepan untuk menghormati pegawainya yang mayoritas muslim, tetapi karena merasa pada saat saat lebaran itulah banyak keuntungan yang dapat diraih. otomatis Menuk (Revalina S Temat) sebagai salah satu pewagai di restoran ini pun tak bisa merayakan lebaran dengan bebas. Soleh (Reza Rahardian) sebagai suami Menuk merasa terganggu dengan peraturan baru ini, dia datang dengan serombongan orang untuk menghancurkan restoran dan tak sengaja kayu soleh pun mengenai Tan Kat Sun yang langsung ambruk saat itu juga. literan air mata meleleh tanpa ampun, kaca kaca restoran pecah. tanpa dikomando, pipi saya telah basah dengan dua bulir air mata.

tak pelak Menuk tak mau berbicara dengan Soleh sampai pada perayaan hari natal di gereja. Restoran Kanton selalu menjadi katering terpercaya yang menghandle kebutuhan makanan para pengurus gereja. Menuk pun sibuk, sementara itu Soleh juga sibuk di tempat yang sama sebagai anggota banser NU yang ikut berpartisipasi dalam menjaga keamanan gereja. malam itu berkali kali soleh meneriakkan maaf kepada menuk dari luar pagar gereja tetapi menuk tak menggubrisnya karena kesibukannya. merasa tak digubris soleh kembali bekerja, menjaga kemanan. saat itu soleh mencoba masuk dalam ruangan misa di gereja. dan secara tak sengaja menemukan bom waktu. kaget, karena sebagai anggota baru, soleh tak banyak mengerti tentang mengatasi masalah seperti ini. ia lari keluar menjauh dari gereja dengan terus membawa bom tersebut di dadanya. saat meledak, seisi bioskop terdiam. tangisan menuk mengkomando kelenjar airmata ku untuk kembali memproduksi airmata.

bukankah film ini begitu indahnya. mengapa juga harus mempermasalahkan tentang paham paham tak penting. tidak semua penonton akan menyimpulkan dengan apa yang selama ini dikhawatirkan. film ini lebih mengedepankan realitas kehidupan beragama di negara kita.