Rabu, 15 Desember 2010

sebuah titik balik..

seketika suatu sore yang cerah, aku melakukan kebiasaan yang menyenangkan. Aku menyebutnya ‘sosialita’, ya, memang aku suka bergaul dengan siapapun, bahkan aku sengaja memelihara hubungan yang sekedar remeh temeh karena aku tahu bahwa pepatah ‘ada mantan pacar, tapi ga ada mantan temen.’ masih berlaku, jadi yaaa.. perbanyak teman selagi masih hidup di dunia.

Biasanya setelah seharian berkutat dengan teman teman di laboratorium prodiku, menjelang sore tiba aku mulai menginvasi studio kerja milik teman teman di prodi lain. Meskipun tak semua anak di studio itu mengenalku, aku tetap saja nimbrung.

Tetapi sore ini berbeda, erik, teman penghuni studio yang telah lama kukenal. Aku dan erik serentak seperti dikomando untuk duduk menuju tempat duduk taman. Ngobrol ‘ngalor ngidul’ ditemani semilir angin sore yang romantis. Obrolan berawal dari menanyakan teman yang lain, bagaimana kabar mereka dan sampai pada suatu obrolan yang menurutku hal paling menakutkan. Jenis obrolan itu adalah ‘jodoh’ begitu hati-hatinya aku menyentil setiap detil kata ini yang terucap dari tubuhku, baik secara batin maupun secara lisan. 

Dengan hati-hati mulai ku umbar secuil kisah cinta yang sedang kualami, singkatnya, aku masih suka memungkiri rasa cintaku pada seseorang dengan selalu membanggakan diriku yang dijodohkan oleh temanku pada seorang pria high class dan yang pada akhirnya kembali kurendahkan diriku yang tak pantas memiliki pria high class tersebut. Berkali kali kulafalkan, aku tak pantas.

Pria high class ini penuh targetan jelas, penuh tatanan masa depan cerah. Sementara aku, selalu hanya bisa melambung lambungkan mimpi. Jelaslah jauh, sangat jauh berbeda. 

Inilah erik, temanku, dia tak serta merta mengiyakan kerendah dirian ku. Dengan tegas ia berkata :
“Di, memang sekarang kita ini, manusia muda sering cuma bisa bermimpi tinggi. Tapi bukannya hidup ini untuk meraih mimpi? Dia seperti itu karena dia telah menemukan titik balik dimana dia telah menyadari apa yang tak perlu dari hidupnya serta merta dengan menatanya kembali dengan fokus pada satu tujuan. Kamu itu hanya belum melaksanakan titik balikmu itu, karena kuyakin kamu telah menemukan titik balikmu dian sayang..” 

Ingin rasanya menumpahkan literan air mata dari kelenjar air mataku detik itu juga. Teringat semua kegiatan yang membuat pikiranku berubah halauan dari fokus utamaku. Kusadari kini titik balik telah kudapatkan, aku berusaha mengkomandoi saraf motorikku dan mensugesti saraf sensorikku untuk segera berlari menuju fokus tujuanku.

Kamis, 09 Desember 2010

bangka barat?? akhirnya ada jalan ke sumatera... :D

pukul 05.58 tertera di telepon selularku. suara Bruno Mars yang merdu sudah memanggil manggil. lampu yang berkedip kedip. setengah mataku terbuka malas malasan, FATHER, tulisan itu jelas diikuti lampu yang berkedip kedip tersebut. tanpa pikir panjang, kutekan tombol answer.
"ya pah.." suaraku serak,, bagaimana tidak,, aku baru saja membuka mata dari tidur semalam.
"kamu baru bangun ya??!!" jawabnya kaget.
"hehe, iya.." jawabku dengan suara masih sangat serak.
"kamu nanti bisa online? kamu googling cari informasi sebanyak banyak nya tentang kota ... (sumpah aku lupa nama kota yang mesti ku googling ini,, hehe.. ) itu kota di pulau bangka, kabupaten bangka barat." terang papaku panjang lebar.
belum sempat aku tanya mengapa harus mencari kota itu, papa berkata lagi "papa kemungkinan dipindah kesana, googling termasuk gmaps juga kantor papa dimana, trus jangan lupa info info tentang kota itu ya."
"kamu kapan pulang?" pulang kesolo selalu menjadi pertanyaan akhir minggu.
"ya nanti sore jam 4 mungkin." suara ku sudah agak mendingan.
"yasudah, cepetan googling ya. papah lagi ga ada koneksi cepet" jawabnya cepat.
"heemm, iya.." ini jawaban paling sering kelur dari mulutku.
"yasudah, udah dulu ya." kata papaku dan klik telepon terputus.

wuaaa,,, papaku pindah,, akhirnyaaa aku bisa jalan jalan ke pulau sumatera. bangka lagi..
siap siap nabung. dan the next destination is BANGKA BELITUNG.
:D :D :D :D

Rabu, 08 Desember 2010

aku sadari,, aku mengaguminya..

Sekali lagi,, aku terhenyak..
Hari ini tak ubahnya seperti hari hari biasanya. Tapi entah mengapa aku ingin men’spesial’kan hari ini.
Yak, hari ini diawali dengan bangun tidur, mandi, sarapan, dan berangkat ke kantor. Tergesa-gesa sekali perjalananku kali ini. Aku sudah terlambat ngajar. Haduh semoga partnerku sudah datang sehingga bisa memulai praktikum terlebih dahulu. Dan benar saja, aku terlambat lima menit di kelas. Sudahlah, tak mengapa, toh praktikan juga tak banyak menanyakan mengapa. Praktikum berjalan seperti biasa. Nothing special.
Setelah praktikum aku mulai bermain dengan komputer komputer canggih di laboratorium, apalagi kalau bukan berinternet ria. Browsingku hari ini hanya berkutat dengan sosialita. Buka facebook dan blog, posting sedikit, sudah hanya itu saja.
Telepon selularku berdering, Qori, temanku menelpon. Intinya dia mengajakku pergi makan ke sebuah restoran untuk merayakan ulang tahun temannya, mbak ina namanya. Aku menolaknya dengan beberapa alasan, karena memang aku telah punya janji dengan Ika, kami sudah merencanakan nonton Harry Potter seri yang ketujuh. Benar benar dilema. Aku ingin juga ikut ke acara makan makan itu tetapi di sisi lain, aku sudah janji dengan sahabatku ini.
Jam menunjukkan angka 12 di siang itu. Aku sudah terlambat pikirku untuk pertunjukan pukul 12.45. lagi lagi aku berangkat bergegas ke bioskop. Uh, tapi, sesampainya disana, ternyata aku lupa membuka sms dari ika yang membatalkan untuk mengikuti pertunjukan jam 12.45 menjadi jam 15.30. awawawawaaaaawww,,, yasudahlah. Rencana selanjutnya menelpon qori, mengikuti acara makan makan nya, selesai itu kembali ke bioskop bertemu ika.
Diluar rencana, ternyata qori tak langsung menuju ke acara tersebut karena harus mengambil motornya terlebih dahulu. Qori menyuruhku untuk berangkat bersama mbak ina saja, tapi aku tak bisa, aku belum terbiasa dengannya. Sehingga aku memilih menunggu Qori dan berangkat bersamanya. Qori pun menjemputku, dan akupun akhirnya sampai di tempat makan makan itu dan melewati tawa dan obrolan teman teman nya yang menurutku sangat membosankan. Bukan karena aku tak tahu esensi yang dibicarakan, tetapi lebih karena aku tak terbisa dengan meraka, aku takut jayus, aku takut keterlaluan mengatai salah satu dari mereka.
Aq tak pernah memimpikan ini sebelumnya,,,
Tibalah penghujung acara. Makan makan selesai. Aku dan qori bingung karena hujan yang tak kunjung reda sementara aku tak memakai mantel dan mantel qori bukan mantel yang bisa digunakan untuk berdua. Tak ada kendaraan lagi, pada awal berangkat semua sudah cukup memiliki kendaraan sendiri. Heemmm,, aku sempat bingung sebenarnya, dan jam ditangan sudah menunjukkan pukul 15.00 setengah jam lagi film mulai. Dan tak ada tanda2 penyelamatku.
Saking bingungnya aku melarikan diri sejenak melepas amarah ke toilet. Sendiri. Mengusap mukaku dengan air dingin.
Kembali ke meja makan. Entah apa yang aku impikan sebelumnya, keputusan menjadi, mas ki, kakak nya mbak ina, menjadi penyelamatku. Dia yang akan mengantarku ke kampus. Dengan mobilnya. Eww,, aku tahu, misi qori dan mbak ina memang menjodohkanku padanya. Tapi memang aku tak serta merta langsung jatuh cinta dan menginginkanya, aku sadar aku perempuan,, sejatinya pun jika aku menginginkannya sangat tetapi apabila dia tak berkenan apalah arti ku?? Salah salah aku hanya akan dilihat sebagai wanita yang agresif.
Cukup menggumamnya, sampai di dalam mobil. Pembicaraan tentang sakit yang dideritanya beberapa waktu lalu menjadi awalan. Dilanjut dengan pertanyaan pembuka tema ‘dimana tepatnya rumah tinggalnya di jogja ini bersama mbak ina’ lalu perbandingan antara jakarta dan jogja. Selanjutnya pembicaraan yang menurutku membuatku kembali terhenyak, kagum, ya, aku mengagumi sosoknya...
“Mas ki itu di UII ngambil apa jurusannya mas?” tanyaku.
“Ini, manajemen, magister manajemen gitu.” Jawabnya. “Ooohh..” sahutku singkat.
belum sempat aku menanyainya lagi lebih lanjut mas ki melanjutkan cerita tentang dirinya “aku kan sebenernya sempet di Astra, tapi disuruh bapak kuliah S2, yah mumpung bapak masih bisa nyekolahin dan itung itung nemenin ina.”
“jadi mas resign gitu dari astra?” tanyaku singkat. “iya, tapi aku kemarin daftar pns kok, di jogja, di jakarta juga. Bapak kan pengennya karena aku anak laki ya bisa jadi pns ato di bumn lah.” Jawabnya lengkap.
“ooww,,” jawabku singkat. “trus itu gak sayang mas Astra nya? Ditinggal gitu aja?”
“oh, bisa sih, tenggang nya Cuma dua tahun. Yah aku 18 bulan aja lah s2. Gak usah lama lama.” Jawabnya.
Deg. Aliran darahku seakan berhenti. Aku tak pernah menemui orang dengan target sedemikian fokus. Aku yang selama ini masih jalan jalan main kesana kemari, slengekan, gak pernah fokus dan serius sama masa depan. Berbeda jauh dengan mas ki, orang ini begitu terencana. Saya kagum akan dia.
Tetapi ada satu lagi yang membuatku kagum akan dia. Pemikirannya yang hampir sama denganku. Yak, aku memiliki planning kedepan jika telah lulus nanti, aku akan berusaha menjadi pns dan memiliki usaha sampingan untuk tambahan pendapatan.
Seperti terhenti aliran darahku untuk kedua kalinya.
“ah tapi mas, jadi pns juga ga banyak duit (red : mapan) juga kok.”
“iya.. pns, yang penting sambilannya.”
“SIP!!”
Ohmaigat. Percakapan ini memang singkat tetapi semuanya membuatku terhenyak. Teringat kembali skripsi yang belum kelar. Malamnya, kukerjakan semuanya dengan semangat.

Senin, 06 Desember 2010

hemm,, ini siapa yang dikerjain yak??

Suatu senin pagi, aku seperti biasanya bersiap siap untuk pulang ke Yogyakarta untuk kembali melakukan rutinitasku. Segala macam barang yang hendak kubawa kembali ke yogya telah kurapihkan kedalam tas ransel, akupun sudah siap berangkat. Tapi tunggu sebentar, kunci motorku dimana ya? Karena setiap akhir pekan aku pulang ke Solo, aku menitipkan motorku ke parkiran inap yang ada di dekat stasiun lempuyangan dan setelah senin pagi aku tiba di yogya dapat langsung menjalani rutinitas. Nah, jam sudah menunjukkan pukul 05.55, padahal dari rumah menuju stasiun balapan aku akan ikut dengan ayahku yang setiap pagi berangkat ke Klaten tepat jam 06.00 pagi dari rumah karena jika tidak akan terlambat sampai di kantor. Yasudah, karena kunci motorku tak segera kutemukan maka ayahku meninggalkanku.

Pilihan selanjutnya, merengek pada adik bungsuku untuk diantar ke stasiun balapan. Dia bisa saja mengantarku karena hari itu memang sekolahnya diliburkan. Aku berangkat ke stasiun balapan tanpa kunci motorku. Sesampainya di stasiun, yang kulakukan pertama kali adalah mengirim pesan pendek dari telepon selularku ke telepon selular pemilik parkir inap bahwa aku tak jadi mengambil motorku pagi ini karena aku tak menemukan kunci motorku. Selanjutnya kutelpon temanku, IKA, bagaimana sebaiknya aku nanti sesampainya di yogya, dan keputusannya adalah aku turun di stasiun bandara adi sutjipto untuk selanjutnya naik trans jogja menuju terminal condong catur dan aku akan dijemput ika disana.
Oke, masalah satu selesai.

Kereta datang tepat waktu. Aku segera naik dan mencari tempat duduk. Kereta melaju normal, berhenti di stasiun klaten, dan sekitar 30 menit setelahnya sampai di stasiun bandara adi sutjipto. Aku segera turun setelah pintu dibuka, bergegas menuju shelter trans jogja. Sepuluh menit berlalu, bus dengan jurusan yang kutunggu tak kunjung datang, lima belas menit kemudian datanglah bus yang kutunggu. Yak, dan penuh sesak sekali bus ini, tak ada tempat duduk tersisa, berhimpitan dengan penumpang lain yang juga berdiri menjadikan pikiranku makin tak nyaman. Humph,, Bus melaju dan berhenti karena lampu merah di pertigaan maguwo, pandanganku tertuju cekat kearah satu wajah penumpang yang sepertinya tak asing bagiku, yah.. itu temanku, AYU, kusapa dan kami saling kaget. Ternyata kami juga satu kereta tapi tak bertemu. Lama kelamaan, aku merasa panas sekali bus ini, bukannya harusnya sejuk karena AC?? Yaaahh,, ternyata, bus ini AC nya mati, pintunya pun terbuka. Keringatku bercucuran.
Tetapi masalah kedua yakni kepanasan dan berkeringat di bus teratasi karena bus melaju lagi sehingga ada angin yang berhembus masuk kedalam bus.
Seger..

Ditengah perjuanganku berhimpitan dengan penumpang lain, handphone dalam kantong celana jeans hitamku bergetar, segera aku mengambilnya, ternyata ada pesan pendek yang masuk tetapi pengirimnya dari nomor yang belum bernama. Ketika kubuka dan kubaca pesannya, aku langsung bahagia tetapi juga sebal. Bagaimana tidak, pesan tersebut berisi pemberitahuan dari pegawai parkir inap motorku bahwa kunci motorku sebenarnya tertinggal sejak aku titipkan, dan mereka tak bisa mengabariku karena tak pernah menyimpan nomorku. Aaawwrrgghh,, umpatku dalam hati, “kenapa ga sms daritadi to mas, kalo daritadi kan aku bisa turun lempuyangan saja.. haduh..”
Ini bukan masalah sih, tapi aku merasa dikerjain..

Selanjutnya, bus telah sampai di shelter terminal condong catur. Aku dan ayu turun, kami sama sama menunggu jemputan teman. Ayu dijemput lebih dulu daripada aku. Selang lima menit, Ika datang menjemputku. Dalam perjalanan, aku dan ika saling menceritakan cerita masing masing. Karena aku harus segera bertemu dosen pembimbing skripsiku, aku membawa motor Ika ke kampus. Berbagai kegiatanku kulakukan dengan motor Ika, tetapi aku memang tak merencanakan bagaimana nantinya mengambil motorku. Aku hanya ingin segera mengakhiri rutinitasku hari ini dan bertemu ika untuk berbagi banyak cerita yang tertunda hampir dua minggu lamanya. Ahahaha,,
Pukul 16.00 aku menuju kos ika. Jalanan macet dibeberapa tempat. Tetap saja aku dapat mencapai kos ika sebelum magrib dan bisa berbuka besama ika dan teman teman kosnya ika.
Hangatnya,,

Pukul 19.30 setelah kami selesai makan dan membeli martabak manis di warung temannya ika, ika ingin berbelanja ke supermarket yang sejalan kearah stasiun lempuyangan. Sehingga kami berbelanja dulu sebelum ke stasiun untuk mengambil motorku. Karena sifat dasar wanita yang suka berbelanja, kami lama menghabiskan waktu di supermarket. Keluar dari supermarket pukul 20.00. terlalu malam memang untuk mengambil motor di parkiran inap walaupun sebenarnya parkiran tersebut terbuka 24jam. Aku dan ika menuju parkiran inap, kuketuk gerbangnya berkali kali baru keluarlah pemilik parkiran inap. Bapak pemilik parkiran inap itu berkata “mbak, tadi saya lupa sms, ternyata yang ketemu itu kunci motor lain, bukannya motornya mbak”. Ah, lemas badanku, keduakalinya aku mengumpat “mbok ya bilang daritadi toh pak”. Kujawab “yah, berarti ga ada nih pak kunci motorku, yaudah, saya pulang aja diantar temanku” dan balik kanan. Lalu buru buru bapak itu berkata “enggak mbak, ini ada kok kuncinya embak, saya tadi cuma ngerjain”. Dan aku balik kanan lagi, “aahhh,, bapak, kok pake ngerjain sih pak” “Nah ya mbaknya juga ngerjain saya, pagi pagi sms gajadi diambil bilang kunci motornya ga ketemu, ya mau dicari sampek lebaran gabakal ketemu mbak. Eh diambilnya malem malem lagi. Tuh kan, niat banget ngerjain saya. Ya saya kerjain balik”. Oh maigat!! Umpatku dalam hati “si bapak aya ayaaaa waeeee..”. Tapi ya ekspresiku cuma bisa melengos jelek, senyum klecam klecem. Terbersit ide buat memberikan martabak manis yang kubeli untuk bapak ini, yah sebagai bentuk basa basi orang jawa. Setelah berbasa basi cukup, aku dan ika pulang ke rumah dan kos masing masing dengan senyum masih tersungging di bibir masing masing.

Hemph, si bapak aya’ aya’ wae’
Tapi indah ah hari ini..