Kamis, 20 Januari 2011

Inspiring Woman In a TrainStation. :D

Sabtu pagi yang cerah, tapi sayangnya badanku tak begitu cerah karena memang semalam aku hanya tidur tak lebih dari empat jam. Dan paginya harus sudah menunggu kereta yang akan membawaku ke kota seberang.
Terlalu pagi aku sampai di stasiun, menunggu, 30 menit aku menunggu kereta ku datang. Aku berdiri di pegangan peron jalur dua. Karena biasanya keretaku akan melintas di jalur ini. Sebelum keretaku datang, kereta ekonomi jurusan jakarta-solo lebih dahulu berhenti untuk menurunkan penumpang di stasiun ini. Kereta ini tepat berhenti di depan tempatku berdiri. Bau pesing kamar mandi kereta menghantam udara disekitarku bersamaan dengan ratusan penumpang kereta yang berdesakan turun dari kereta. Kotor sekali kataku dalam hati. Bau pesing, bau rokok, bau keringat semua bercampur membentuk satu senyawa gas yang hampir merasuk mengganggu otakku. Tapi aku tak bergeming sedikitpun, aku tetap ingin mengabadikan kajadian ini dengan sorotan mata yang seterusnya kurekam dengan baik di benakku.
Segera setelah penumpang turun, beberapa ibu-ibu perkasa dengan baju seperti kebaya dan dipadu dengan kain sigap mengangkat baskom berisikan nasi bungkus, ayam goreng, dan sambal lalu menaruhnya di atas kepala mereka. Pada baskom tersebut tertuliskan “nasi ayam 4000”. Begitu murahnya nasi ini pikirku dalam hati. “Nasi ayam nasi ayam nasi nasiii....”. Suara itu begitu menyentuh hatiku, entah mengapa aku begitu melow pagi ini. “buk, nasi ayam dua bungkus” kata salah satu penumpang pada ibu penjual nasi ayam ini. “oh nggeh mas.” Sahutnya cepat sembari menurunkan baskomnya dan cekatan membuka bungkusan nasi serta memasukkan ayam dan sambal kedalam bungkusan tersebut lalu dibungkus kembali, sekali lagi kulihat tangan tua itu melakukan adegan yang sama untuk bungkus kedua. Setelah selesai melayani pembeli, uang pun didapat.
Ketika aku mencerminkan ini pada diriku, aku tak kan mungkin memiliki keinginan segigih sekuat ibu ini. Ibu-ibu ini begitu gigihnya membantu suami mereka mencari nafkah. Keuntungan perhari yang mereka terima tak seberapa, tetapi mereka tetap berusaha dan terus berusaha. Jauh berbeda denganku yang malas karena selalu bergelimang kecukupan. Ingin rasanya mencontoh kegigihan mereka, meskipun mereka bukan seorang “inspiring woman” yang sering disorot di media tetapi mereka memiliki kegigihan, ketangguhan dan keseriusan yang tak jauh dari mereka yang sering disorot media. Mereka memang orang pinggiran yang tak banyak mendapat perhatian, tetapi dari merekalah seharusnya kita bisa berkaca dan mencontoh, karena kesederhaan jelas melekat kentara di diri mereka.