Hari ini tak ubahnya seperti hari hari biasanya. Tapi entah mengapa aku ingin men’spesial’kan hari ini.
Yak, hari ini diawali dengan bangun tidur, mandi, sarapan, dan berangkat ke kantor. Tergesa-gesa sekali perjalananku kali ini. Aku sudah terlambat ngajar. Haduh semoga partnerku sudah datang sehingga bisa memulai praktikum terlebih dahulu. Dan benar saja, aku terlambat lima menit di kelas. Sudahlah, tak mengapa, toh praktikan juga tak banyak menanyakan mengapa. Praktikum berjalan seperti biasa. Nothing special.
Setelah praktikum aku mulai bermain dengan komputer komputer canggih di laboratorium, apalagi kalau bukan berinternet ria. Browsingku hari ini hanya berkutat dengan sosialita. Buka facebook dan blog, posting sedikit, sudah hanya itu saja.
Telepon selularku berdering, Qori, temanku menelpon. Intinya dia mengajakku pergi makan ke sebuah restoran untuk merayakan ulang tahun temannya, mbak ina namanya. Aku menolaknya dengan beberapa alasan, karena memang aku telah punya janji dengan Ika, kami sudah merencanakan nonton Harry Potter seri yang ketujuh. Benar benar dilema. Aku ingin juga ikut ke acara makan makan itu tetapi di sisi lain, aku sudah janji dengan sahabatku ini.
Jam menunjukkan angka 12 di siang itu. Aku sudah terlambat pikirku untuk pertunjukan pukul 12.45. lagi lagi aku berangkat bergegas ke bioskop. Uh, tapi, sesampainya disana, ternyata aku lupa membuka sms dari ika yang membatalkan untuk mengikuti pertunjukan jam 12.45 menjadi jam 15.30. awawawawaaaaawww,,, yasudahlah. Rencana selanjutnya menelpon qori, mengikuti acara makan makan nya, selesai itu kembali ke bioskop bertemu ika.
Diluar rencana, ternyata qori tak langsung menuju ke acara tersebut karena harus mengambil motornya terlebih dahulu. Qori menyuruhku untuk berangkat bersama mbak ina saja, tapi aku tak bisa, aku belum terbiasa dengannya. Sehingga aku memilih menunggu Qori dan berangkat bersamanya. Qori pun menjemputku, dan akupun akhirnya sampai di tempat makan makan itu dan melewati tawa dan obrolan teman teman nya yang menurutku sangat membosankan. Bukan karena aku tak tahu esensi yang dibicarakan, tetapi lebih karena aku tak terbisa dengan meraka, aku takut jayus, aku takut keterlaluan mengatai salah satu dari mereka.
Aq tak pernah memimpikan ini sebelumnya,,,
Tibalah penghujung acara. Makan makan selesai. Aku dan qori bingung karena hujan yang tak kunjung reda sementara aku tak memakai mantel dan mantel qori bukan mantel yang bisa digunakan untuk berdua. Tak ada kendaraan lagi, pada awal berangkat semua sudah cukup memiliki kendaraan sendiri. Heemmm,, aku sempat bingung sebenarnya, dan jam ditangan sudah menunjukkan pukul 15.00 setengah jam lagi film mulai. Dan tak ada tanda2 penyelamatku.
Saking bingungnya aku melarikan diri sejenak melepas amarah ke toilet. Sendiri. Mengusap mukaku dengan air dingin.
Kembali ke meja makan. Entah apa yang aku impikan sebelumnya, keputusan menjadi, mas ki, kakak nya mbak ina, menjadi penyelamatku. Dia yang akan mengantarku ke kampus. Dengan mobilnya. Eww,, aku tahu, misi qori dan mbak ina memang menjodohkanku padanya. Tapi memang aku tak serta merta langsung jatuh cinta dan menginginkanya, aku sadar aku perempuan,, sejatinya pun jika aku menginginkannya sangat tetapi apabila dia tak berkenan apalah arti ku?? Salah salah aku hanya akan dilihat sebagai wanita yang agresif.
Cukup menggumamnya, sampai di dalam mobil. Pembicaraan tentang sakit yang dideritanya beberapa waktu lalu menjadi awalan. Dilanjut dengan pertanyaan pembuka tema ‘dimana tepatnya rumah tinggalnya di jogja ini bersama mbak ina’ lalu perbandingan antara jakarta dan jogja. Selanjutnya pembicaraan yang menurutku membuatku kembali terhenyak, kagum, ya, aku mengagumi sosoknya...
“Mas ki itu di UII ngambil apa jurusannya mas?” tanyaku.
“Ini, manajemen, magister manajemen gitu.” Jawabnya. “Ooohh..” sahutku singkat.
belum sempat aku menanyainya lagi lebih lanjut mas ki melanjutkan cerita tentang dirinya “aku kan sebenernya sempet di Astra, tapi disuruh bapak kuliah S2, yah mumpung bapak masih bisa nyekolahin dan itung itung nemenin ina.”
“jadi mas resign gitu dari astra?” tanyaku singkat. “iya, tapi aku kemarin daftar pns kok, di jogja, di jakarta juga. Bapak kan pengennya karena aku anak laki ya bisa jadi pns ato di bumn lah.” Jawabnya lengkap.
“ooww,,” jawabku singkat. “trus itu gak sayang mas Astra nya? Ditinggal gitu aja?”
“oh, bisa sih, tenggang nya Cuma dua tahun. Yah aku 18 bulan aja lah s2. Gak usah lama lama.” Jawabnya.
Deg. Aliran darahku seakan berhenti. Aku tak pernah menemui orang dengan target sedemikian fokus. Aku yang selama ini masih jalan jalan main kesana kemari, slengekan, gak pernah fokus dan serius sama masa depan. Berbeda jauh dengan mas ki, orang ini begitu terencana. Saya kagum akan dia.
Tetapi ada satu lagi yang membuatku kagum akan dia. Pemikirannya yang hampir sama denganku. Yak, aku memiliki planning kedepan jika telah lulus nanti, aku akan berusaha menjadi pns dan memiliki usaha sampingan untuk tambahan pendapatan.
Seperti terhenti aliran darahku untuk kedua kalinya.
“ah tapi mas, jadi pns juga ga banyak duit (red : mapan) juga kok.”
“iya.. pns, yang penting sambilannya.”
“SIP!!”
Ohmaigat. Percakapan ini memang singkat tetapi semuanya membuatku terhenyak. Teringat kembali skripsi yang belum kelar. Malamnya, kukerjakan semuanya dengan semangat.
hwahahaha...hariku indah...
BalasHapusjadi pengen nyanyi lagunya andien nih...
mungkin pernah ku menangis
mungkin diriku pernah tersakiti
namun diriku kini kembali
coba nikmati indahnya dunia
tiada lagi bayangan dirimu
yang selalu mencoba menahanku
Bersama mentari ku bernyanyi
mewarnai hari-hari
bersama pelangi ku menari
menyambut bebasnya hati ini
tiada lagi yang mampu menghalangi
aku takkan berhenti melangkah
'cause i'm moving on
Mungkin pernah ku menangis
mungkin diriku pernah tersakiti
(namun diriku kini kembali)
coba nikmati indahnya dunia
tiada lagi bayangan dirimu
yang selalu mencoba menahanku
Ku percaya nanti kan ada saatnya
cinta kan datang padaku lagi
Moving on, moving on, yeah, yeah...
and then, apa lagi yg km tunggu??? let's moving on beyb...
oke i'm moving now say.. :D
BalasHapus