si baju batik pun mengucap salam dan selamat pagi kepada setiap anak muda yang seperti tanpa dikomando berdiri dan memberikan senyum kepada si baju batik untuk membalas ucapan salamnya. sampailah bapak berbaju batik ini di ruangan dengan desain interior kantor serba eksklusif lengkap dengan ruang tamu mini untuk menerima tamu, dia duduk menghela napas mengambil beberapa file dokumen lalu membacanya sebentar dengan penuh teliti dan di halaman terakhir dia membubuhkan tanda tangan.
gagang telepon di ujung meja diraihnya dan mulai berbicara dengan perempuan di seberang telepon tersebut dan tak sampai lima menit si perempuan datang mengetuk pintu meminta izin untuk memasuki ruangannya dan berkata "ruangan meeting sudah siap Pak." dan dijawab dengan anggukan serta sodoran file yang telah di tanda tangani.
sudah sejak lima menit yang lalu saya duduk di ruangan luas ini dengan dua orang lainnya, meja panjang yang dapat memuat 12 kursi melingkari meja ini. selanjutnya mulai berdatangan 2 sampai 5 orang lain ke ruangan ini, ritualnya sama, memberikan salam, bersalaman dengan yang muhrim, ngobrol ringan, lalu tertawa renyah. dan 8 orang di ruangan ini seperti dikomando berdiri dan membalas salam dari bapak berbaju batik yang masuk ke ruangan, dan seperti biasa, yang merasa muhrim berlomba untuk menyalami bapak berbaju batik ini, obrolan basa basi super ringan terjadi selama kurang lebih 5 menit dan berakhir dengan doa pembuka majlis oleh salah seorang laki - laki dari 8 orang.
satu persatu dari 8 orang mempresentasikan dan membahas setiap apa yang perlu dibahas dan si bapak berbaju batik akan memberikan kesimpulan dari hasil pemikirannya. setiap bagian dia dengarkan satu persatu, seketika terjadi persinggungan diantara bagian solusi lah yang akan dia tawarkan agar perdebatan tidak melulu menghabiskan waktu. cara berfikir dan jawaban yang dia lontarkan singkat padat dan jelas.
dia keren, karena dia adalah leader bukan boss setidaknya karena dia mau memberikan solusi bagi setiap permasalahan yang ada dimana bentuk penyampaian yang "care" terhadap semua orang di ruangan rapat ini.
---
hari masih gelap, bahkan adzan subuh pun belum berkumandang.
dia sudah siap dengan seragamnya, baju kemeja warna hijau dengan celana bahan warna hitam.
anak anaknya masih terlelap, tetapi dia sudah pamit ke istrinya yang sudah siap siap melakukan rutinitas paginya. senyum simpul dan ciuman ke tangan ke si dia menjadi penanda rutinitas pamitan di awal hari dan dilanjutkan gowesan kaki si dia diatas sepeda gunung warna merah yang membuat lama kelamaan badannya menghilang dari pandangan si istri.
embun di atas beberapa kendaraan yang menginap karena si empunya kendaraan harus lembur dan menginap di kantornya, box kecil yang hanya muat satu kursi dan satu unit PC terintegrasi dengan palang penanda suatu kendaraan diperbolehkan masuk ataupun keluar itupun masih kosong,, belum beroperasi. si bapak dengan baju kemeja warna hijaunya melipir di pinggiran palang dan menuju pos kecil dibawah pohon kersen. pos itu penuh diisi 3 orang yang sedang menonton TV tabung berukuran kecil dengan antena seadanya, 1 orang lain tampak berjaga di kursi luar pos memperhatikan semua keadaan tanah lapang berisi kendaraan.
seketika si bapak berbaju hijau datang, sambil melontarkan salam dan dibalas langsung dengan salam dan senyum ajakan menyeduh kopi. sampai akhirnya adzan subuh berkumandang, bergantian dari sekumpulan bapak - bapak di pos tersebut solat ke masjid dan sebagian yang lain tetap berjaga. tak lama usai solat subuh, mulai berdatangan beberapa bapak berbaju hijau lainnya dan satu perempuan yang langsung duduk manis di box palang pintu.
seiring mulai terlihat cahaya, mulai ramailah kendaraan yang antri untuk masuk tanah lapang ini,, bapak berbaju hijau ini mulai sibuk di barisan beberapa motor yang mulai terparkir tak beraturan. orang datang dengan baju super rapih, sepatu mengkilat tapi terkadang sandal jepit, tas ransel dan gantungan kartu yang sejatinya berisi uang. bapak berbaju hijau ini mulai gesit menata motor yang diparkir seadanya oleh si empunya motor karena sudah terdengar peringatan datang kendaraan umum yang bakal mengangkutnya ke Ibukota negara ini.
saya mengendarai motor matic saya, datang dengan terburu-buru karena selalu terjebak macet di jalanan depan pasar tepat disebelah stasiun kereta komuter jabodetabek. sesampainya di palang, alat yang seharusnya otomatis membuka palang ketika kartu ajaib berisi sejumlah uang ini ditempelkan di mesin dekat palang ini tidak mau membuka otomatis. menggerutulah saya, dengan sigap, perempuan yang sedari subuh sudah duduk manis di dalam box dengan PC keluar dan menghampiri alat palang tersebut dan ya tidak ada 5 detik palang tersebut terbuka. gerutuan saya berlanjut dengan gerutuan kenapa selalu saja mesin pembaca kartunya tidak berfungsi dan si perempuan hanya diam tidak menggubris gerutuan saya.
sama saja dengan pengendara motor yang lain, perempuan berkacamata ini menaruh begitu saja motornya tanpa merapikan tata letaknya dan langsung berlari ke arah pintu stasiun dan bergegas untuk berdesak-desakan dengan puluhan pengguna kereta komuter lain menuju Ibukota negara.
malam
saya sudah kembali lagi ada di stasiun yang sama dengan pagi tadi. rasa kantuk yang luar biasa ditahan demi mengendarai motor maticnya kembali ke rumah. pendaran mata dengan kekuatan kurang dari 40% mencari samar2 motor. yup di depan sana, motor matic saya ada di sebelah motor yang diduduki bapak berseragam hijau.
sebentar mencari kunci motor lalu mulai menurunkan motor yang diparkir menggunakan besi tengah. terdengar suara bapak berseragam hijau bertanya, "Kartunya sudah bisa dipakai kan Mbak?"
dan dijawab dengan ogah - ogahan "kartu apa ya Pak?". Bapak berseragam hijau masih sabar membalas "kmarin kan Mbak kartunya masih eror di komputer, hari ini tadi sudah bisa dipakai kan ya?"
diam satu menit
"oh, iya Pak, kayaknya sih sudah bisa Pak, tp saya hari ini ganti kartu karena yang kmarin dipakai adik saya." dijawab "oh yaudah Mbak syukur kalo sudah bisa dipakai lagi"
"iya Pak, makasih Pak, saya duluan ya Pak." pamitku sambil menghidupkan mesin motor.
ah, Bapak ini tak kalah kerennya dengan si Bapak berbaju batik di ruangan meeting saya pagi tadi yang sukses membuat saya berlari mengejar kereta komuter sehingga bisa sampai lebih awal sebelum si Bapak berbaju batik sampai di ruang meeting. dan seketika di malam hari, muka lelah penuh kantuk seperti muka sayalah yang dilihat Bapak berbaju hijau ini, tak banyak senyum dia terima dari setiap orang yang berpapasan dengannya.
ratusan orang selalu hanya seenaknya memarkir kendaraannya, mungkin juga beberapa orang menjadi tukang gerutu karena mesin pembaca kartu yang rusak tapi Bapak berseragam hijau ini tetap setia berdedikasi, bahkan sampai mengingat saya dan motor saya.
dia mengayuh sendiri kendaraannya, lebih kerennya lagi, dia tidak menambah polusi.
tetapi, bukan lalu yang mendapat begitu banyak previelege menjadi kurang baik dibandingkan dedikasi dengan segala keterbatasan,,
tetapi semua orang memiliki porsi peran dalam kehidupan masing-masing,, dan ketika mereka berdedikasi pada perannya masing - masing maka disitulah letak betapa keren nya mereka..
so, lalu, apa peran kamu.?
tidak ada batasan untuk selalu menjadi keren kan.?